Kisah Sukses Bos PO Dedy Jaya
Pak Muhadi – Dulu Kondektur Sekarang Juragan
Kisah sukses Muhadi menjadi pengusaha bus PO Dedy Jaya
Lewat kerja keras dan keuletan, Muhadi sukses menjadi pengusaha bus Dedy Jaya. Ia merintis usahanya dari berdagang es lilin serta menjadi kondektur bus. Kini bisnisnya sudah menggurita, mulai dari hotel, pabrik cat, mal, hingga toko bangunan.
Soal nasib urusan belakang. Itulah pegangan hidup Muhadi Setiabudi, konglomerat asal Brebes, Jawa Tengah. Kerja kerasnya selama sekitar 19 tahun kini membuahkan hasil. Grup usaha PT Dedy Jaya Lambang Perkasa yang berdiri sekitar 15 tahun silam, kini menjelma menjadi kerajaan bisnis dengan 2.500 karyawan. Lini usahanya juga sungguh beragam luas, mulai dari mengelola ratusan armada di bawah bendera perusahaan otobus (PO) Dedy Jaya, hotel, pabrik cat, toko bahan bangunan, toko emas, hingga bisnis mal di Tegal. “Nasib itu urutan kesekian. Siapa pun yang bekerja keras pasti bisa berhasil,” ucap lelaki kelahiran Brebes, Maret 1961 ini mantap.
Muhadi tentu tidak asal omong. Boleh dibilang pria yang hanya menamatkan pendidikan madrasah tsanawiyah (setingkat SMP) dari sebuah pesantren di Cirebon ini, benar-benar sudah membuktikannya. Maklum, kerajaan bisnisnya itu ia rintis dengan susah payah dan bukan terima menjadi dari warisan. “Saya benar-benar mulai dari nol besar,” tandas bapak tiga anak ini.
Merintis sukses dari berdagang bambu
Simak saja kisahnya. Muhadi muda sempat melakoni pekerjaan kasar seperti berdagang es lilin di kampung, menjadi kondektur bus, serta berjualan minyak tanah. Pekerjaan itu ia jalani hingga 1979 atawa sekitar lima tahun sejak menamatkan pendidikan menengah. Di saat senggang, ia juga ikut membantu ayahnya bertani di sawah.
Jalan terang agaknya mulai terbentang setelah Muhadi menikahi Atik Sri Subekti pada 1981. “Waktu itu umur saya baru 19 tahun, tapi saya nekat menikah,” tuturnya mengenang. Nasibnya berubah bukan karena dia menikahi anak konglomerat. Sebaliknya, mungkin karena kian terdesak harus membiayai keluarga barunya, dia tak bisa lagi menyandarkan penghasilan dari kerja serabutan itu.
Maka, Muhadi mulai menerjuni usaha dagang bambu dengan modal awal sekitar Rp 50.000. Modal ini ia kumpulkan dari upah membantu orang tuanya di sawah. “Usaha ini masih saya pertahankan sampai sekarang karena ia adalah cikal bakal semua usaha yang tidak bisa saya lupakan,” tutur Muhadi.
Guratan sukses Muhadi tampaknya memang sudah terukir di bambu. Sebab, jerih payahnya berjualan bambu tersebut menuai hasil lumayan. Apalagi beberapa pesanan dalam jumlah besar juga mulai berdatangan. Misalnya, dia sempat mendapat order dari sebuah kontraktor bangunan untuk menyuplai ribuan batang. Untungnya meningkat, dari sekitar Rp 70.000 sebulan menjadi Rp 470.000 saban bulan.
Selain mendapat order, ada berkahnya juga Muhadi bergaul dengan para kontraktor itu. Ia jadi mulai mafhum tentang seluk-beluk usaha bahan bangunan. Dua tahun setelah berdagang bambu, Muhadi lantas mendirikan toko bahan bangunan dengan modal yang ia kumpulkan dari untung berdagang bambu. “Kekurangannya saya pinjam dari bank,” ucapnya terus terang.
Rupanya pilihan Muhadi melebarkan sayap ke bisnis bahan bangunan sungguh tepat. Karena usaha barunya itu benar-benar menjadi tambang emas yang tiada henti mengalirkan untung. Bahkan, tujuh tahun setelah berkutat di material, keuntungannya dari berjualan bahan bangunan sudah bisa menjadi modal untuk membeli beberapa bus besar. Muhadi seperti terobsesi berusaha di jasa sarana angkutan. Boleh jadi selain meraup untung dari jasa ini, dia ingin mengenang masa sulitnya menjadi kondektur.
Kini, jumlah armada busnya yang berbendera PO Dedy Jaya sudah mencapai ratusan unit. Penumpang asal Pantura, Tegal, Pekalongan, dan Purwokerto yang hendak ke Jakarta tentu sudah tak asing lagi dengan bus ini. Maklum, Dedy Jaya melayani trayek Jakarta-Purwokerto, Jakarta-Tegal, dan Jakarta-Pemalang- Pekalongan. Ia mencomot nama untuk bus serta grup usahanya dari nama anak pertamanya, Dedion Supriyono. Selain menggeluti bus, Muhadi juga mulai merambah ke toko emas dan bisnis perkayuan.
Masih muda sudah kaya raya
Konglomerasi bisnis Muhadi tak berhenti sampai di situ saja. Ia pun mulai melirik bisnis pusat perbelanjaan lantaran melihat peluang yang masih terbuka lebar di Tegal. Selain itu, “Saya ingin menjadi pelopor pengembang pribumi, daripada peluang itu diambil developer dari luar,” ucapnya.
Alhasil, berdirilah Mal Dedy Jaya pada 1998, yang kini menjadi pusat perbelanjaan termegah di kota warteg itu. Tak puas mendirikan mal, Muhadi lantas menerjuni pula bisnis perhotelan. Dua tahun berselang setelah membangun mal itu, ia juga membangun dua hotel berbintang sekaligus. Satu di Tegal dan satunya lagi di Brebes.
Sepak terjang Muhadi boleh dibilang mencengangkan karena ia membangun kerajaan bisnis itu saat usianya baru menginjak 31 tahun. Tak heran jika ia mendapat banyak penghargaan berkat keuletannya tersebut. Ini bisa dilihat dari tiga buah lemari besar yang penuh berisi berbagai penghargaan. Yang paling membanggakan Muhadi, dia pernah terpilih menerima penghargaan upakarti dari presiden. “Saya bangga, karena saya ini cuma orang desa,” tuturnya merendah.
Muhadi tak memungkiri bahwa perkembangan bisnisnya ini tak lepas dari peran bank yang mengucurinya kredit. Tentu saja tak serta-merta bank mau mengucurkan pinjaman ketika usahanya belum sebesar sekarang. Kendati sekarang utangnya masih lumayan besar, dia mengaku tak risau ataupun malu. “Saya baru malu kalau tak bisa membayar,” tegasnya.
Begitulah, kerja kerasnya kini sudah membuahkan hasil. Toh, ia tak lantas puas dengan hasil yang sudah ia peroleh. Muhadi juga tak lantas bermewah-mewah dengan hasilnya selama ini. Kantornya pun sederhana. Hanya sebuah ruang seluas 24 m2 di salah satu sudut rumahnya di Jalan Raya Cimohong, Bulakamba, sekitar tujuh kilometer dari pusat kota Brebes. Toh, dari kota kecil inilah Muhadi mengendalikan bisnisnya yang sudah menggurita.
Menggulung Layar Hiburan dan Kapal Ikan
Sudah lumrah setiap ada senang pasti ada susah. Kalau tidak untung ya rugi. Demikian pula dengan bisnis yang dijalani Muhadi. Tidak semua usahanya berjalan mulus dan menjadi tambang duit yang berlimpah. Salah satu usahanya yang terpuruk adalah bioskop Dedy Jaya di Tegal. Semula bioskopnya sempat menjadi maskot dan sasaran hiburan warga Tegal. Namun, usaha itu menjadi berantakan akibat membanjirnya video compact disc (VCD) bajakan yang murah meriah. Bioskopnya menjadi sepi pengunjung dan pemasukannya makin seret hingga berbuntut rugi. Tak heran Muhadi lantas melego bisnis tontonannya itu.
Selain bioskop, bisnis kapal ikannya pun terpaksa gulung tikar. Itu terjadi akibat sengitnya persaingan di Tegal serta belitan krisis moneter pada 1997 hingga 1998. Padahal, kala itu usaha Muhadi baru mulai berbiak dan membutuhkan dana besar untuk mengembangkannya. Sayang, ketika itu tak ada bank yang berani mengucurkan kredit. Muhadi mengaku hampir menyerah saat itu lantaran imbasnya begitu dahsyat menerpa usahanya. “Berat sekali waktu itu. Ternyata lebih mudah merintis ketimbang mempertahankan usaha yang sudah ada,” kenang Muhadi.
Diambil dari Postingan Mailinglist Kendal-Online 29 May 2009 Oleh Arlies Bayu
masuk di akal usaha usaha mas dedy saya bangga membaca………kisah nyata yang sangat inspiratif
wah asil salut banget,pak muhadi yg terhormat ,bolehkah saya daptar kerja di pak muhadi tapi bukan sekarang krn asil masih di saudiarabiah,asil dr desa kalenpandan brebes,dulu asil suka kededi jaya waktu ibu di rawat di rmh skt brebes,krn asil jd anak yatim piatu jd hanya bisa jd tkw,insya allah uang dr saudi arabia buat sekolah lagi.terimakasih sebelumnya
SUKSES dan TERUS MAJU….itu HARAPAN kami keluarga besar Bpk.MN.Rochim Dradjat (Alm).
Dahsyat.. Bener-bener Inna ma’al Usri Yusro..
Setuju mas Wildan, sesungguhnya setelah kesusahan ada kemudahan.
alhamdulilah…saya kagum dan terinspirasi dengan usaha pak muhadi…saya sudah berusaha kesana kemari, tapi belum berhasil juga…insya allah beberapa saat lagi saya bisa mengikuti kesuksesan bapak…bagaimanapun dan seperti apapun caranya..dari ilham yang saya peroleh …saya mendapatkan wangsit harus ke gunung boko….mohon bantuannya matur nuwun
@pak Iwan; saya rasa usaha mending milih yang jelas aja, jangan ke gunung, tapi ke pasar. Duit ga ada di gunung pak, duit itu ada di pasar.
Kisah Hidup Pak Muhadi…..Bener2 Membangkitkan semangat saya.truzzz jg pgn KAWIN MUDA.He,,,
aku juga pingin nikah muda mas .. hihi, sayangnya aku dah tua… huahaha ga bisa dong.
aku nikah 3 bulan lagi. umur 28-29
assalumalaikum…., salam hormat pak muhadi dari saya (adiknya Syakuri limbangan wetan brebes). wassalam…
saya pengin ketemu langsung dengan pak muhadi gimana caranya?
saya ingin ketemu pak muhadi, gimana caranya?
DEDY JAYA SEMAKIN JAYA,Kulo tiang pemalang. bangga dgn suksesnya po.dedy jaya..oiya..saya ada tawaran bisnis buat pak muhadi,silahkan hubungi saya di 085216984508..usaha ini tidak lepas dari po dedy jaya…matur nuwun..kulo sakniki tinggal di karawang jawa barat.
pak muhadi yg terhomat.q cuma mau bilang kenapa setiap mbl servis dana y lebih besar.hilangkan pungli garsi
maju terus Pak… kisah anda smoga jd inspirasi buat kita semua. Salam sukses selalu
ucapan Pak Muhadi : “Nasib itu urutan kesekian. Siapa pun yang bekerja keras pasti bisa berhasil,” sungguh sudah terbukti
siapa yg bersungguh sungguh maka ia akan mendapatkanya (man jadda wajjadda)
keren bgd… inspirator hebat!!!!
subhanalloh,
kisah yang patut ditiru kita semua,mudah-mudahan kita ketularan kesuksesannya
pak muhadi, punten pak…..” ada lowongan kerja buat saya ga ya, saya lulusan smk tehnik elektronik ni pak, ada kerjaan buat saya ga pak……………. ni biodata saya pak,
nama ; ROY HERMANTO
tmpat tgl lahir ; INDRAMAYU, 18 APRIL 1993
alamat ; DS.PUNTANG RT.09/RW.03 KEC LOSARANG
asal sekolah ;SMK MUHAMADIYAH KANDANGHAUR
no hp ; 087727925600
Inspiratif….Suatu saat aku pasti bisa seperti beliau….