Ingin Masuk Surga? okey let’s go to heaven with me!

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan An-Nasa’i, Anas
bin Malik menceritakan sebuah kejadian yang dialaminya pada sebuah
majelis bersama Rusulullah Saw.

Anas bercerita, “Pada suatu hari kamu duduk bersama Rasulullah Saw.,
kemudian beliau bersabda, “Sebentar lagi akan muncul dihadapan kalian
seorang laki-laki penghuni surga.” Tiba-tiba muncullah laki-laki
Anshar yang janggutnya basah dengan air wudhunya. Dia mengikat kedua
sandalnya pada tangan sebelah kiri.” Esok harinya, Rasulullah Saw.
berkata begitu juga, “Akan datang seorang lelaki penghuni surga.” Dan
munculah laki-laki yang sama. Begitulah Nabi mengulang sampai tiga
kali.

Ketika majelis Rasulullah selesai, Abdullah bin Amr bin Al-Ash Ra.
mencoba mengikuti seorang lelaki yang disebut oleh Nabi sebagai
penghuni surga itu. Kemudian beliau berkata kepadanya : “Saya ini
bertengkar dengan ayah saya, dan saya berjanji kepada ayah saya bahwa
selama tiga hari saya tidak akan menemuinya. Maukah kamu memberi
tempat pondokan buat saya selama hari-hari itu ?” kata Abdullah bin
Amr bin Al-Ash.

Abdullah mengikuti orang itu ke rumahnya, dan tidurlah Abdullah di
rumah orang itu selama tiga malam. Selama itu Abdullah ingin
menyaksikan ibadah apa gerangan yang dilakukan oleh orang itu yang
disebut oleh Rasulullah sebagai penghuni surga. Tetapi selama itu pula
dia tidak menyaksikan sesuatu yang istimewa di dalam ibadahnya.

Kata Abdullah, “Setelah lewat tiga hari aku tidak melihat amalannya
sampai-sampai aku hampir-hampir meremehkan amalannya, lalu aku
berkata: “Hai hamba Allah, sebenarnya aku tidak bertengkar dengan
ayahku, dan tidak juga aku menjauhinya. Tetapi aku mendengar
Rasulullah Saw. berkata tentang dirimu sampai tiga kali, “Akan datang
seorang darimu sebagai penghuni surga.” Aku ingin memperhatikan
amalanmu supaya aku dapat menirunya. Mudah-mudahan dengan amal yang
sama aku mencapai kedudukanmu.”

“Yang aku amalkan tidak lebih daripada apa yang engkau saksikan.” Kata
orang tersbut. Ketika aku mau berpaling, kata Abdullah, dia memanggil
lagi, kemudian berkata, “Demi Allah, amalku tidak lebih daripada apa
yang engkau saksikan itu. Hanya saja aku tidak pernah menyimpan pada
diriku niat yang buruk terhadap kaum Muslim, dan aku tidak pernah
menyimpan rasa dengki kepada mereka atas kebaikan yang diberikan Allah
kepada mereka.”

Lalu Abdullah bin Amr berkata, “Beginilah bersihnya hatimu dari
perasaan jelek dari kaum Muslim, dan bersihnya hatimu dari perasaan
dengki. Inilah tampaknya yang menyebabkan engkau sampai ke tempat yang
terpuji itu. Inilah justru yang tidak pernah bisa kami lakukan.

Memberikan hati yang bersih, tidak menyimpan prasangka yang jelek
terhadap kaum Muslim kelihatannya sederhana tetapi justru amal itulah
yang seringkali sulit kita lakukan. Mungkin kita mampu berdiri di
malam hari, sujud dan rukuk di hadapan Allah Swt., akan tetapi amat
sulit bagi kita menghilangkan kedengkian kepada sesama kaum Muslim,
hanya karena kita pahamnya berbeda dengan kita. Hanya karena kita
pikir bahwa dia berasal dari golongan yang berbeda dengan kita. Atau
hanya karena dia memperoleh kelebihan yang diberikan Allah, dan
kelebihan itu tidak kita miliki. “Inilah justru yang tidak mampu kita
lakukan.” kata Abdullah bin Amr. (Hayat Al-Shahabah, II, 520-521)