Merespons Asean-China Free Trade Agreement – 6 Universitas Siapkan Mata Kuliah Wirausaha

Ini baru berita menarik, Asean-China Free Trade Agreement (ACFTA) yang sudah ditandatangani itu harus diikuti dengan persiapan yang serius oleh Indonesia walau sudah terlampau terlambat, ia terlambat tidak apa daripada tidak sama sekali, China bakal menggilas habis perekonomian Indonesia.

http://www.detikfinance.com/read/2010/01/22/130705/1283958/4/6-universitas-siapkan-mata-kuliah-wirausaha

Jakarta – Enam perguruan tinggi siap menambahkan kurikulum wirausaha. Dengan tambahan mata kuliah wirausaha tersebut, diharapkan jumlah entepreneur akan melonjak menjadi 4 juta jiwa.

Demikian disampaikan Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) Sudjarwadi dalam penyelanggaraan Wirausaha Mandiri di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Jumat (22/1/2010).

“Wirausaha kita saat ini hanya 400 ribu. Nantinya akan diajarkan kurikulum dalam perguruan tinggi, harapanya bisa jadi 4 juta, naik 10 kali lipat,” tuturnya.

Ditambahkannya, lulusan perguruan tinggi ke depan tidak hanya berpikir untuk mencari kerja, namun menciptakan peluang dan menghasilkan pekerjaan. Kurikulum telah disusun dan siap diajarkan kepada mahasiswa.

Kurikulum telah disusun oleh tim yang terdiri dari enama perguruan tinggi, diantaranya Univesitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Padjajaran (Unpad), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Surabaya (ITS).

“Kurikulum akan diajarkan di keenam perguruan tinggi ini,” ujarnya.

Kurikulum akan diajarkan dalam berbagai bentuk diantaranya softskill, yang meliputi etika berbisnis. Selain itu juga keterampilan teknis.

“Siapa saja bisa jadi enterpreneur. Teknik Nuklir juga bisa, yang saat ini dapat mengembangkan teknologi farmasi,” tambah Direktur Bank Mandiri Budi Gunadi.

Masing-masing perguruan tinggi diberi kebebasan dalam mengajarkan modul enteprenuer ini. Bisa dimasukan dalam sistem kredit semester (SKS) yang diiwajibkan, atau menjadi suatu pilihan.

“Ada pula perguruan tinggi yang tidak memasukkan dalam kurikulim, non akademis,” kata salah satu tim penyusun.

Sementara Dirut Bank Mandiri Agus Martowardojo menambahkan, Indonesia membutuhkan lebih banyak wirausaha agar pengangguran yang ada saat ini bisa berkurang. Dengan memanfaatkan ancaman yang dihadapi menjadi tantangan, menjadikan para lulusan perguruan tinggi dapat bekerja sacara mandiri.

Ia menjelaskan, jumlah pengangguran di Indonesia saat ini berjumlah 8,9 juta jiwa, dari jumlah penduduk yang mencapai 230 juta jiwa.

“Indonesia kurang beruntung. Jumlah pengangguran kita 8,9 juta, dari jumlah angkatan kerja yang mencapai 80 juta. Kita harus lebih banyak yang berwirausaha,” kata Agus.

Untuk menciptakan wirausaha, perlu jiwa dan karakteristik yang berani mengambil risiko yang terkalkulasi. Selain itu mereka diwajibkan memiliki inovasi serta kreatifitas yang tinggi.

“Contoh pak Sudamek (pelaku wirausaha boga-Garuda Food). Yang  bekerja di bawah pak Sudamek mencapai 22 ribu orang. Yang utama adalah harus inovatif, berani ambil risiko, kerja keras, jujur dan utamakan kepercayaan,” paparnya.

Sudamek pun mengiyakan pendapat Agus. Namun, dia menambahkan, dalam wirausaha yang juga tidak kalah penting adalah eksekusi serta jaringan.

“Harus eksekusi. Punya keahlian, tapi tidak cukup. Juga networking, untuk itu butuh commercial partner. Jika butuh  modal atau uang, bisa mengundang partner. Kalau pemula bisa orang tua atau mertua,” imbuhnya.
(wep/qom)